Skip to main content

Kaji VS Karsa, Siapa Menang?

Kemarin, Selasa, 4 November 2008 adalah hari pemungutan suara tahap dua untuk pemilihan gubernur Jawa Timur yang baru. Sebagai warga Jatim yang baik (hehe...) tentu saja aku tidak ingin ketinggalan untuk berpartisipasi memilih pemimpin yang aku anggap mumpuni dan sanggup mengatasi permasalahan yang ada di Jawa Timur.

Anehnya diantara seluruh anggota keluargaku, cuma aku & suamiku yang enggak mendapatkan undangan atau surat pemberitahuan dari RT setempat. Tapi dengan tekad yang bulat & dukungan semua pihak (keluargaku, maksudnya), aku tetap berangkat menuju TPS terdekat bersama ayah, ibu dan adekku, Kiky. Setelah seluruh anggota keluarga berhasil lolos dan mendapatkan kertas suara, giliran aku masih harus berhadapan sama petugas TPS yang tidak mengizinkan aku mencoblos karena enggak bisa menunjukkan surat undangan/pemberitahuan dari RT.

"Lalu kenapa saya tidak mendapatkan surat undangan dari RT, pak?" Tanyaku sopan. "Padahal semua keluarga saya dapat."

"Gimana, pak?" Tanya petugas tadi kepada petugas yang lain yang tampaknya lebih berkuasa.

"Kalo enggak ada undangannya ya nggak bisa," jawab petugas sok berkuasa dengan nada ketus ke arahku.

"Lho, lalu hak suara saya gimana dong?" Balasku sedikit ngotot, terpancing sikap petugas yang sok barusan. Tapi beneran deh, waktu itu aku mulai kesel. Habis tuh orang nyolot banget, udah jelas ini kesalahan dari petugas TPS yang selip tidak memasukkan namaku. Udah jelas juga aku warga disitu, biasanya juga dia ngaji bareng babe gue. Enak aja...

"Sebentar, mbak. Kita coba cari dulu ya disini." Potong petugas TPS yang pertama tadi ramah, sambil berusaha mencairkan suasana (mungkin dia enggak juga kali ya, kita kan tetanggaan) dengan senyumannya, lalu mulai membuka daftar nama warga yang ada dihadapannya.

Singkat cerita nih, akhirnya aku bisa nyoblos juga setelah namaku ditemukan diantara tumpukan kertas yang berisi nama-nama warga daerah tempat tinggalku, akhirnya aku bisa menggunakan hakku sebagai warga negara yang baik. Paling tidak aku enggak membiarkan tangan-tangan kotor menggunakan namaku untuk menambah pundi-pundi suara pada salah satu kandidat calon gubernur. Dan rasanya fair aja kan kalau suatu hari nanti aku ingin melakukan protes atas kebijakan gubernur terpilih yang enggak sesuai dengan hati nurani rakyat (demo atau menulis aja lewat blog begini), kan aku sudah memilih. Aku juga bangga ikut ambil bagian dalam proses demokrasi di Indonesia dan Jawa Timur pada khususnya.

Tidak banyak orang yang peduli lho pada pemilihan gubernur Jatim kali ini, dari survey kecil-kecilanku pada tetangga dan ibu-ibu teman sekolah Salma, banyak sekali yang memilih golput. Alasannya macam-macam, ada yang bilang calon gubernur andalannya udah gugur lah pada putaran pertama dan bahkan ada yang terang-terangan bilang, "Males ah! Enggak penting." Menurutku pribadi, acara itu penting banget. Pemilihan langsung seperti ini adalah sebuah langkah maju dalam proses demokrasi di Indonesia, yang sudah sekian lama terbelenggu dan dibodohi oleh kenikmatan semu, padahal dibalik itu harta kekayaan negara ini sudah dikeruk dan dihabiskan oleh pemimpin-pemimpin yang serakah lagi korup. Dan proses demokrasi ini hanya akan berhasil apabila didukung oleh seluruh komponen masyarakat di Indonesia. Karena pemilihan pemimpin daerah secara langsung begini kan baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Tidak ada yang bilang ini tugas mudah dan kita semua masih harus banyak belajar. Baik pemimpinnya, yang buat undang-undang, petugasnya apalagi masyarakatnya harus belajar lebih dewasa. Tapi kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Dan kalau bukan kita-kita rakyat Indonesia yang mendukungnya, siapa lagi?

Sejujurnya sih aku tidak terlalu mengenal keempat sosok cagub dan cawagub Jatim itu, walaupun di koran Jawa Pos yang aku baca setiap hari selalu saja ada berita tentang mereka & kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, tapi aku lebih sering bahkan sangat sering melewatinya begitu saja. Aku lebih senang membaca halaman gossip, internasional dan berita yang jadi headlines hari itu.

Sebagai sesama perempuan, tentu saja aku memilih ibu Khofifah sebagai pemimpin Jawa Timur masa depan. Pertimbangannya sih sederhana aja, aku lebih tahu (biarpun sedikit) tentang kiprah beliau dibandingkan dengan bapak Soekarwo. Mungkin kebersahajaan beliau yang paling membuatku terpikat. Selain itu aku juga dapat bocoran dari adikku, Fariz, yang merupakan kameramen salah satu televisi swasta nasional yang pernah meliput kedua calon pasangan cagub & cawagub. Dia menilai ibu Khofifah adalah seorang yang humble dan sangat menghargai orang lain. Kalau belum jadi gubernur saja, birokrasinya sudah susah. Gimana kalau udah jadi gubernur? Kasihan dong rakyatnya.

Tapi siapapun yang menang nanti, aku harap bisa membawa Jawa Timur ke arah yang lebih baik. Terutama dalam penyelesaian kasus lumpur lapindo, juga buruh. Kasihan rakyat, dikerjain terus sama pengusaha.
Hidup Jatim...
Hidup Demokrasi...



* Foto Karsa diambil dari http://infojatim.blogspot.com/2008/06/pilkada-jatim-pks-janji-antar-karsa-ke.html
* Foto Kaji diambil dari http://surabaya.detik.com/images/content/2008/07/24/475/Kaji2_dalam.jpg

Comments

Popular posts from this blog

Raport

"Kenapa Adek butuh nilai?" "Untuk raport." "Supaya?" "Bisa ikut ujian." "Supaya?" "Dapet ijazah." "Supaya?" "Dapet kerja, mungkin..." "Kan Adek mau jadi gamers, emang butuh ijazah?" "Nggak juga sih..." "Lagian siapa yg mau kerja boring kayak ayah gitu." "Tanggung jawab, nak untuk keluarga." "Ooo, oke!" (+_+) posted from Bloggeroid

Alhamdulillaah...

Baru dapat rejeki, eh malem-malem ada yang ketok pintu mau pinjam uang. Mungkin duitnya emang dititipin oleh Allah buat dipinjemin dulu kali ya... Kira-kira itu duit bakal dibalikin nggak ya sama orangnya? Hadeeeeh, ikhlas nggak sih sebenarnyaaaaa? Hiks :D

Secepat Mobil?

Ibu : Anak-anak, mulai besok kita belajar matematikanya ngebut ya? Sepertinya kita agak ketinggalan nih... Adek : Secepat mobil supersonic atau mobil F1? Gubrak ( )(^^)( ) posted from Bloggeroid