Skip to main content

Tumbuh dan Belajar dari Kehidupan

Waktu di rumah sakit (Kakak beberapa hari yang lalu sempat sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Sebenernya aku ingin menuliskan tentang pengalamanku di RS bersama Kakak tapi sekarang aku sedang tidak mood untuk menceritakannya) aku bertemu dengan teman sekolah waktu di SMU. Setelah bertanya tentang apa yang masing-masing kami lakukan di rumah sakit lalu sedikit berbasa-basi tentang kabar kami masing-masing, kemudian kami mulai sedikit bertukar cerita tentang kabar terbaru teman-teman kami sewaktu di SMU dulu.

Kami ngobrolnya enggak terlalu lama, hanya sekitar sepuluh menitan karena dia lalu berpamitan (pamit itu bahasa jawa atau bahasa Indonesia ya?) untuk segera menjenguk neneknya yang kebetulan juga dirawat di rumah sakit yang sama. Entahlah, aku hanya merasa dia sedikit menjaga jarak denganku. Sebagai perempuan, istri dari suamiku dan ibu dari dua orang anak, tentu saja aku tahu sejauh mana batasan untuk berbicara dengan seorang teman laki-laki. Tapi bukan itu yang aku maksud. Bagaimana ya cara menceritakannya?

Hmmm, pernah enggak kamu merasa terjebak dalam pandangan orang lain. Bagaimana ya? (Aku kok jadi bingung sendiri) Aku merasa dia menilaiku dengan tidak adil. Aku merasa dia menyudutkanku lewat pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang dia lontarkan (aku harap sih itu cuma perasaanku saja).

Aku bukan manusia yang sempurna, ketika di usia yang lebih muda (usia dimana temanku tadi mengenalku dengan baik) aku banyak melakukan kesalahan dan kegiatan gila sebagai luapan jiwa muda dan ekspresi dari pencarian jati diri. Tapi ketika kita bertemu dengan teman yang masih saja melihat kita dengan pandangan yang sama (atau bahkan kebencian yang sama) seperti 5 atau 10 tahun yang lalu dan tidak berusaha melihat perubahan dalam diri kita sekarang. Padahal pribadi usang itu sudah kita gantung dan kita letakkan di sudut yang paling jauh dalam lemari dan kita hanya akan melihatnya sesekali saja apabila akan mengambil baju. Apa yang kau rasakan?

Sedih dan bingung, kali ya... Karena seiring dengan bertambahnya usia dan perubahan fase dalam hidup, aku juga ikut tumbuh dan belajar dari apa-apa saja yang terjadi dalam hidupku. Aku masih Fani yang berada dalam raga yang sama seperti 5 atau 10 tahun yang lalu dan aku masih Fani yang bersemangat (hehe...), tapi aku juga Fani dengan jiwa yang lebih matang dan lebih dewasa.

Atau mungkin mulai sekarang kita harus berhenti menghakimi dan memberi label pada orang lain. Mungkin kita cukup menjadi pribadi yang baik, jujur dan santun kepada orang lain tanpa perlu mengotori otak kita dengan sesuatu yang sebenarnya kita tidak benar-benar tahu. Mungkin sebaiknya kita harus lebih sibuk introspeksi ke dalam dan enggak usah pusing mikirin orang lain, kecuali untuk urusan-urusan yang penting dan demi kemaslahatan bersama.

Yuk, kita sama-sama belajar menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat buat orang lain. Semoga Allah yang menjadi pelindung kita semua di dunia & di akhirat. Aamiin!

Comments

Popular posts from this blog

Raport

"Kenapa Adek butuh nilai?" "Untuk raport." "Supaya?" "Bisa ikut ujian." "Supaya?" "Dapet ijazah." "Supaya?" "Dapet kerja, mungkin..." "Kan Adek mau jadi gamers, emang butuh ijazah?" "Nggak juga sih..." "Lagian siapa yg mau kerja boring kayak ayah gitu." "Tanggung jawab, nak untuk keluarga." "Ooo, oke!" (+_+) posted from Bloggeroid

Alhamdulillaah...

Baru dapat rejeki, eh malem-malem ada yang ketok pintu mau pinjam uang. Mungkin duitnya emang dititipin oleh Allah buat dipinjemin dulu kali ya... Kira-kira itu duit bakal dibalikin nggak ya sama orangnya? Hadeeeeh, ikhlas nggak sih sebenarnyaaaaa? Hiks :D

Ujian

Adek: Kenapa adek mesti ujian? Kakak: Biar dapet nilai. A : Nilai buat apa? K : Biar bisa dapet ijazah. A : Ijazah buat apa? K : Biar bisa kerja. A : Emang gamers harus pakai ijazah? K : Enggak juga sih... A : Terus kenapa adek mesti ikut ujian? K : Iiihhsshh.... posted from Bloggeroid