Skip to main content

Tukang Pijitku

Tadi setelah adik tidur, tiba-tiba ibu merasa sakit di dada dan perut. Rasanya mual, mau muntah, masuk angin sepertinya. Setelah mengoleskan minyak kayu putih ke dada dan perut, ibu meminta tolong kakak yang sebenarnya sedang tidak enak badan untuk mengoleskan minyak kayu putih ke bagian punggung. Bak seorang pemijat handal, bukan hanya mengoleskan minyak tapi kakak juga dengan cekatan memijat punggung dan leher ibu dengan mantapnya, sampai ibu 'glegekan' lho. Kalau dihitung mungkin bisa puluhan kali tadi ibu mengeluarkan angin dari perut melalui mulut.

"Sudah Kak, kalau sudah capek istirahat saja!" Kataku.

"Enggak, Kakak seneng pijitin ibu." Jawabnya santai. "Lain kali kalau ibu mau dipijitin lagi, ibu bilang ya..."

Ah, ibu jadi ingat kejadian kemarin. Ibu mengomel karena ibu lihat kakak begitu lambat dan terkesan malas-malasan. Walaupun kakak sudah bilang sedang puyeng, tidak enak badan, karena pilek dan batuk. Ibu masih saja mengomel. Kalian harus disiplinlah, tidak boleh manjalah, bla bla bla, seakan tidak mau tahu jika kakak sedang sakit. Hmmm, I'm sorry.

Sehabis marah, walaupun ibu sudah meminta maaf tetap saja rasanya masih terluka. I was hurting my self. Ketika ibu marah, ternyata sebenarnya ibu sedang marah kepada diri ibu sendiri. I feel like I'm not good enough. Banyak hal dalam kehidupan ini yang ibu sesali, ibu tidak ingin anak-anak menyesali banyak hal dalam kehidupan kalian. Itulah mengapa, ibu begitu keras dalam mendidik kalian.

Ibu tahu, mungkin kakak ada perasaan kesal atau cemburu ketika ibu lebih sering memeluk adek atau menciumnya, atau seringkali bersikap lebih keras kepada kakak dan lebih fleksibel kepada adek. Ibu tidak tahu mengapa, ibu tidak punya alasan khusus. Mungkin kakak melihatnya seperti tidak adil. Tapi sungguh tidak ada yang ibu lebih cintai, I love you both.

Kelembutan hati kakak sungguh menyentuh ibu. I do feel your love to me. Maafkan ibu jika ibu sudah menyakiti hatimu, nak. Sungguh, ibu sangat menyayangimu.

Tidak pernah bosan ibu mengatakan dan berharap kalian akan menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan tangguh, karena kehidupan diluar sana bagaikan hutan belantara, kita akan mudah tersesat jika tidak mempunyai pegangan (Allah satu-satunya tempat kita berpegang) dan nyali yang besar, yang ibu yakini adalah ilmu yang luas, tentang apa saja, yang tersurat dan yang tersirat. Luaskan pikiran dengan membaca yang banyak, menabung, travelling, bertemu dengan orang-orang baru berbagai macam karakter akan membuatmu belajar untuk menempatkan diri, dan bertemu dengan orang-orang pandai yang berwawasan luas akan mengajarkanmu kesederhanaan dan membuatmu tetap rendah hati.

"Terima kasih ya, nak udah mijitin Ibu."

"Gimana enakkan Ibu pijitan Kakak?"

"Enak banget, langsung sembuh nih masuk anginnya."

"Makanya ibu bersyukur dong punya anak seperti Kakak, mau mijitin ibu, pijitannya enak lagi."

Hehehe, kalau narsisnya ini dapat dari gen ayahnya ya...

Comments

Popular posts from this blog

Alhamdulillaah...

Baru dapat rejeki, eh malem-malem ada yang ketok pintu mau pinjam uang. Mungkin duitnya emang dititipin oleh Allah buat dipinjemin dulu kali ya... Kira-kira itu duit bakal dibalikin nggak ya sama orangnya? Hadeeeeh, ikhlas nggak sih sebenarnyaaaaa? Hiks :D

Raport

"Kenapa Adek butuh nilai?" "Untuk raport." "Supaya?" "Bisa ikut ujian." "Supaya?" "Dapet ijazah." "Supaya?" "Dapet kerja, mungkin..." "Kan Adek mau jadi gamers, emang butuh ijazah?" "Nggak juga sih..." "Lagian siapa yg mau kerja boring kayak ayah gitu." "Tanggung jawab, nak untuk keluarga." "Ooo, oke!" (+_+) posted from Bloggeroid

Ujian

Adek: Kenapa adek mesti ujian? Kakak: Biar dapet nilai. A : Nilai buat apa? K : Biar bisa dapet ijazah. A : Ijazah buat apa? K : Biar bisa kerja. A : Emang gamers harus pakai ijazah? K : Enggak juga sih... A : Terus kenapa adek mesti ikut ujian? K : Iiihhsshh.... posted from Bloggeroid