"Ibu, kenapa sih perempuan nggak boleh punya dua suami?" Adek tiba-tiba bertanya, aku pikir sudah tidur.
"Tidak boleh, nak."
"Kenapa laki-laki boleh punya dua istri?" Potongnya.
"Ada beberapa alasan. Satu, menurut buku yang pernah ibu baca, karena jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. Misalkan semua laki-laki di dunia ini menikah dengan satu istri, masih banyak perempuan di dunia yang tidak punya suami. Karena itu Allah mengizinkan para lelaki untuk menikah lebih dari satu, dengan syarat, harus bisa adil. Dan menjadi adil itu tidak mudah."
Aku tidak tahu apakah Adek mengerti dengan penjelasanku, tapi aku tidak ingin mengecilkannya. Aku hanya membiasakan diri untuk memberikan penjelasan yang apa adanya kepada anak-anak, tentu saja dengan bahasa yang mampu mereka pahami. Aku berharap paling tidak mereka akan memahaminya suatu hari nanti.
"Yang kedua, begini nih..." Padahal sambil mikir, gimana ya cara menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dia pahami. "Adek pernah baca buku Why kan? Ada sperma dan sel telur?"
"Oooh, kromosom X sama Y itu?"
Jiaaah, perasaan aku dulu belajar begituan pas SMA deh, kenapa ini anak kelas 3 SD udah sok tahu banget begini...
"Iya... Sel telur kan dihasilkan oleh perempuan. Sperma dibawa oleh laki-laki. Pada saat keduanya bertemu dan dibuahi, bisa jadi embrio, trus jadi bayi deh." Dalam hati berharap semoga ada kata-kata yang tidak terlalu vulgar untuk menjelaskannya. "Kalau laki-laki punya istri dua atau empat, tetap ketahuan siapa ayah dari anak-anak mereka. Kan spermanya dari satu laki-laki. Sebaliknya kalau istrinya satu, suaminya dua, gimana dong caranya supaya tahu ayahnya yang mana kalau mereka punya anak."
"Oooh gitu, trus gimana caranya sperma bisa ketemu sama sel telur?" Tuh kan tetap penasaran.
"Aduuuh, gimana ya cara menjelaskannya?" Aku jadi bingung. "Gini deh, nanti kalau adek udah lebih besar, udah remaja, nanti ibu jelasin lagi ya."
"Itu tuh dek..." Kakaknya ikutan komen. "Kayak orang Bule yang di TV-TV itu. Kalau mereka ciuman, biarpun nggak menikah bisa punya anak."
Eh eh ini anak-anak, tidak ada pertanyaan atau pernyataan yang meringankan ibunya untuk menjawab dan mengomentari apa ya? Hmmm...
"Tidak boleh, nak."
"Kenapa laki-laki boleh punya dua istri?" Potongnya.
"Ada beberapa alasan. Satu, menurut buku yang pernah ibu baca, karena jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. Misalkan semua laki-laki di dunia ini menikah dengan satu istri, masih banyak perempuan di dunia yang tidak punya suami. Karena itu Allah mengizinkan para lelaki untuk menikah lebih dari satu, dengan syarat, harus bisa adil. Dan menjadi adil itu tidak mudah."
Aku tidak tahu apakah Adek mengerti dengan penjelasanku, tapi aku tidak ingin mengecilkannya. Aku hanya membiasakan diri untuk memberikan penjelasan yang apa adanya kepada anak-anak, tentu saja dengan bahasa yang mampu mereka pahami. Aku berharap paling tidak mereka akan memahaminya suatu hari nanti.
"Yang kedua, begini nih..." Padahal sambil mikir, gimana ya cara menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dia pahami. "Adek pernah baca buku Why kan? Ada sperma dan sel telur?"
"Oooh, kromosom X sama Y itu?"
Jiaaah, perasaan aku dulu belajar begituan pas SMA deh, kenapa ini anak kelas 3 SD udah sok tahu banget begini...
"Iya... Sel telur kan dihasilkan oleh perempuan. Sperma dibawa oleh laki-laki. Pada saat keduanya bertemu dan dibuahi, bisa jadi embrio, trus jadi bayi deh." Dalam hati berharap semoga ada kata-kata yang tidak terlalu vulgar untuk menjelaskannya. "Kalau laki-laki punya istri dua atau empat, tetap ketahuan siapa ayah dari anak-anak mereka. Kan spermanya dari satu laki-laki. Sebaliknya kalau istrinya satu, suaminya dua, gimana dong caranya supaya tahu ayahnya yang mana kalau mereka punya anak."
"Oooh gitu, trus gimana caranya sperma bisa ketemu sama sel telur?" Tuh kan tetap penasaran.
"Aduuuh, gimana ya cara menjelaskannya?" Aku jadi bingung. "Gini deh, nanti kalau adek udah lebih besar, udah remaja, nanti ibu jelasin lagi ya."
"Itu tuh dek..." Kakaknya ikutan komen. "Kayak orang Bule yang di TV-TV itu. Kalau mereka ciuman, biarpun nggak menikah bisa punya anak."
Eh eh ini anak-anak, tidak ada pertanyaan atau pernyataan yang meringankan ibunya untuk menjawab dan mengomentari apa ya? Hmmm...
posted from Bloggeroid
Comments
Post a Comment