Hidup sering kali berjalan tidak seperti yang kita harapkan,
tetapi pada akhirnya hasilnya tidak selalu buruk. Diakhir segala peristiwa kita
akan selalu menemukan kebaikan-kebaikan yang berujung pada keindahan-keindahan
akan rencana Allah untuk hidup kita, tentu saja jika kita mampu mengambil
hikmah dan pelajarannya.
I was married in young age, when I was still dumb and stupid.
Ketika memiliki Kakak, rasanya seperti anak-anak yang punya anak. Kedengerannya
lucu, tetapi pada kenyataannya ya nggak lucu-lucu amat. Memiliki anak itu
merupakan tanggung jawab yang luar biasa besar. Tetapi Alhamdulillah, seluruh
keluarga selalu mendampingi, and they still have my back till now.
Ibu merasa mata ibu mulai terbuka ketika berumah tangga. I
used to live in a bubble, dalam perlindungan dan kasih sayang yang tulus dari Abah
dan Uti dimana semua kebutuhan sudah terbiasa terpenuhi dengan baik. Lalu
ketika berumah tangga, wow it was way different than I thought. Suamiku bukan
ayahku, yang begitu sabar memperlakukan aku. Mungkin itu membuat ibu
sedikit shock (eh banyak shock ding, hehe). Mungkin juga waktu itu ayah dan ibu
sama-sama masih muda, kami sama-sama masih meraba-raba dan belajar bagaimana
sih berumah tangga itu, masih mencari-cari pola terbaik untuk rumah tangga kami.
Tetapi mungkin juga waktu itu ibu terlalu banyak berharap. Kebanyakan nonton
film Disney, setelah kita bertemu dengan our prince lalu kita akan hidup bahagia
selamanya, live happily ever after, instead life doesn’t work that way. Tetapi
sebenarnya ibu hanya ingin dibimbing, jika melakukan kesalahan ibu ingin
dinasehati dengan baik, dan diperlakukan dengan lembut.
Ibu tidak akan menceritakan kejelekan ayah kalian, karena
ibu juga mempunyai banyak sekali kekurangan. Andai saja kami dulu lebih bisa
saling terbuka, saling berbagi, saling jujur dan lebih bersahabat satu sama
lain, mungkin it will be a different story for our family. But it was already
tough from the beginning dan ibu merasa kami berdua selalu berada dalam dua dimensi
yang berbeda, we’re two completely different person who loves each other.
I used to love your dad like crazy, bahkan rasanya cinta ibu
kepada Ayah mengalahkan cinta ibu kepada Abah dan Uti. Bahkan dulu ibu lebih
takut melanggar perintah ayah kalian dibandingkan melanggar perintah Allah. And
then Allah showed me that the person I loved is just a human being like myself,
he has flaws yang ibu bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah flaws karena
cinta yang begitu besar kepada ayah kalian.
Dengan berjalannya waktu, dengan banyaknya benturan,
banyaknya pengalaman, banyaknya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan berumah
tangga, ketika kedewasaan dan kesadaran perlahan ditumbuhkan oleh Allah, ibu
mulai belajar untuk menerima diri sendiri-sendiri. Belajar untuk menerima
ketidak sempurnaan diri, ketidak sempurnaan suami, ketidak sempurnaan hidup
kami, hidup kita. Ibu belajar untuk set up my limit. Sebagai orang dewasa ibu
belajar untuk berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas semua pilihan
yang sudah ibu ambil. Ibu belajar untuk lebih berani berbicara, lebih terbuka mengatakan
apa yang ibu rasakan, apa yang ibu inginkan, apa yang ibu harapkan. Mungkin
perubahan itu yang membuat ayah kalian kaget, karena sebelumnya ibu lebih
sering diam dan menerima. Speak up bukan berarti melawan, tetapi kalau bukan
kita yang stand up for our self, siapa lagi? Because love is not just about hug
and kisses, tetapi juga tentang penghormatan, kesetiaan, dan tanggung jawab.
Ibu juga belajar untuk ‘tega’ dalam membuat keputusan, belajar bahwa untuk
mengambil sebuah keputusan haruslah karena itu adalah hal terbaik yang harus
dilakukan, bukan karena tidak enak dengan orang lain, bukan juga karena untuk
kebaikan anak-anak, dll. Karena kebahagiaan anak-anak adalah ketika melihat
ibunya bahagia. Paling tidak itulah yang berlaku pada kalian berdua.
Tetapi yang jelas melalui sebuah pernikahan ibu merasa
sedang dididik langsung oleh Allah, dengan keras. Ibu dipaksa untuk harus kuat
dan mandiri, no more wining, no more crying, habis mau bagaimana lagi there was
no other choice. Ibu tidak tahu apa yang akan terjadi pada rumah tangga kami,
pada keluarga kita dimasa depan nanti, tetapi apapun itu ibu berharap yang
terbaik dari Allah. Yang paling Allah ridho, yang paling kecil mudhorotnya,
yang membuat kita semakin dekat kepada-Nya, yang membuat kita semua hidup bahagia
dan tenang, ibu, ayah, anak-anak, dan seluruh keluarga.
Pelajarannya, orang-orang yang kita cintai suatu hari kita
pasti akan kehilangan mereka, mereka akan pergi, hidup atau mati. And you know
what, it hurts, so bad. Tetapi apa daya kita sebagai manusia, jika Allah sudah
menetapkan sesuatu, tidak ada satupun yang dapat menghalangi, sebesar apapun
cinta dan kesungguhan yang kita berikan. Jadi kita jangan ngarep Allah aja yang
ridho sama kita, kita juga harus ridho pada apapun ketentuan hidup dari Allah.
Kebahagiaan,
nikmatilah sepenuhnya dengan kesederhaaan dan kerendahan hati. Penderitaan,
sakit hati, nikmati juga, it won’t last for long. Tidak ada kebahagiaan yang
abadi dan tidak ada penderitaan yang abadi, semuanya akan datang silih
berganti. Sikapi semua dengan biasa saja, tenang aja, kalem aja, disyukuri aja.
Hidup adalah sebuah perjalanan, kita tidak pernah tahu
bagaimana endingnya hingga kita
menghadap Allah nanti. Apapun permasalahannya, apapun tantangannya, ingatlah
untuk tetap gunakan sikap terbaik kalian. Jangan pernah sombong kepada siapapun
juga. And don’t forget to stay strong, keep believe in Allah. Everything is
gonna be alright. #xoxo
Comments
Post a Comment